Sapi dan sawit adalah dua komoditas penting yang memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Namun, kedua komoditas ini juga menghadapi berbagai tantangan, seperti lahan yang terbatas, biaya produksi yang tinggi, kualitas produk yang rendah, serta persaingan pasar yang ketat. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan solusi inovatif yang dapat mengintegrasikan sapi dan sawit dalam satu sistem produksi yang saling menguntungkan. Salah satu solusi inovatif tersebut adalah SISKA berbasis kemitraan. SISKA adalah singkatan
dari Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit, yaitu sistem yang menggabungkan budidaya sapi dengan perkebunan kelapa sawit, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan nilai tambah kedua komoditas tersebut. Berbasis kemitraan berarti sistem ini melibatkan kerjasama antara berbagai pihak yang terkait dengan sapi dan sawit, seperti usaha besar, usaha menengah, usaha mikro dan kecil, koperasi, pemerintah, lembaga keuangan, dan lain- lain.
Berikut adalah beberapa manfaat SISKA Kemitraan:
1. Manfaat bagi petani dan peternak: meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan melalui peningkatan produksi daging dan susu sapi, peningkatan produksi minyak sawit mentah (CPO) dan inti sawit (PKO), penghematan biaya produksi sapi dan sawit melalui pemanfaatan lahan, pakan, pupuk organik, dan tenaga kerja secara efisien, serta mendapatkan bantuan dan fasilitasi dari mitra kerja sama dalam hal penyediaan lahan, bibit, pakan, fasilitas kesehatan hewan, bantuan modal, pembinaan dan pendampingan teknis, serta akses pasar produk sapi dan sawit.
2. Manfaat bagi perusahaan perkebunan sawit: meningkatkan produktivitas dan kualitas sawit melalui peningkatan kesuburan tanah akibat pupuk organik dari kotoran sapi, pengendalian hama dan penyakit tanaman sawit melalui penggembalaan sapi di lahan sawit, penghematan biaya pemeliharaan lahan sawit melalui pemanfaatan tenaga kerja dari peternak sapi sebagai plasma, serta meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar.
3. Manfaat bagi pemerintah: meningkatkan ketahanan pangan nasional melalui peningkatan produksi daging dan susu sapi yang merupakan sumber protein hewani penting bagi masyarakat Indonesia, meningkatkan devisa negara melalui peningkatan ekspor CPO dan PKO yang merupakan komoditas andalan Indonesia di pasar global, mengurangi impor daging dan susu sapi serta minyak nabati yang merupakan beban bagi neraca perdagangan Indonesia, serta mengurangi emisi gas rumah kaca melalui pengurangan laju deforestasi akibat konversi lahan untuk perkebunan sawit.
4. Manfaat bagi lingkungan: meningkatkan kualitas lingkungan melalui pengurangan pencemaran tanah dan air akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida pada perkebunan sawit, pengurangan erosi tanah akibat penggundulan lahan untuk perkebunan sawit, pengurangan emisi gas metana akibat pembusukan kotoran sapi di tempat terbuka, serta meningkatkan biodiversitas flora dan fauna di sekitar perkebunan sawit.
Beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengembangan SISKA Kemitraan adalah:
1. Kurangnya kesadaran dan minat dari perusahaan perkebunan sawit untuk mengimplementasikan SISKA, karena menganggap sapi sebagai hama yang merusak tanaman sawit.
2. Kurangnya ketersediaan lahan, bibit, pakan, fasilitas kesehatan hewan, dan modal usaha bagi UMKM dan koperasi peternak sapi untuk menjadi mitra plasma dari perusahaan perkebunan sawit.
3. Kurangnya koordinasi dan sinergi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga keuangan, dan lembaga pendukung lainnya untuk mendukung pengembangan SISKA berbasis kemitraan.
4. Kurangnya kapasitas sumber daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan teknis produksi, teknologi, manajemen, dan pemasaran produk sapi dan sawit.
5. Kurangnya jaminan pasar produk sapi dan sawit yang dihasilkan dari SISKA berbasis kemitraan, serta persaingan dengan produk impor yang lebih murah.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan pengembangan SISKA berbasis kemitraan adalah:
1. Meningkatkan sosialisasi dan advokasi kepada perusahaan perkebunan sawit tentang manfaat dan keuntungan dari mengimplementasikan SISKA, serta memberikan bimbingan dan supervisi dalam proses implementasinya.
2. Memberikan insentif dan fasilitasi kepada UMKM dan koperasi peternak sapi untuk menjadi mitra plasma dari perusahaan perkebunan sawit, seperti bantuan lahan, bibit, pakan, fasilitas kesehatan hewan, modal usaha, serta akses pasar produk sapi dan sawit.
3. Meningkatkan koordinasi dan sinergi antara pemerintah daerah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga keuangan, dan lembaga pendukung lainnya untuk mendukung pengembangan SISKA berbasis kemitraan, seperti melalui forum komunikasi, pertemuan rutin, atau kerjasama program.
4. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, terutama dalam hal pengetahuan teknis produksi, teknologi, manajemen, dan pemasaran produk sapi dan sawit, seperti melalui pelatihan, workshop, studi banding, atau bursa inovasi.
5. Mendorong pengembangan jejaring kerja atau kemitraan antara UMKM dan koperasi peternak sapi dengan berbagai pihak yang terkait dengan produk sapi dan sawit, seperti pemasok bahan baku, distributor, konsumen, asosiasi usaha, atau media massa.
Beberapa contoh keberhasilan dari SISKA berbasis kemitraan adalah:
1. Program SISKA KUINTIP (Sistem Integrasi Sawit-Sapi Berbasis Kemitraan Usaha Ternak Inti Plasma) di Provinsi Kalimantan Selatan, yang melibatkan kerjasama antara perusahaan perkebunan sawit dengan UMKM dan koperasi peternak sapi. Program ini telah berjalan di tujuh klaster yang ada di empat perusahaan, yaitu PT Citra Putra Kebun Asri, PT Gawi Makmur Kalimantan, PT Astra Agro Lestari, dan PT Buana Karya Bhakti. Program ini telah mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah provinsi, Bank Indonesia, Bank Kalsel, dan Australia. Program ini telah menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan populasi sapi, produksi daging dan susu, pendapatan petani dan peternak, serta kesejahteraan masyarakat.
2. Program SISKA berbasis kemitraan antara PT Sawit Sumbermas Sarana dengan UMKM dan koperasi peternak sapi di Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah. Program ini telah berjalan sejak tahun
2017 dan telah melibatkan 1.500 peternak sapi yang mengelola 3.000 ekor sapi di lahan seluas 6.000 hektar milik perusahaan. Program ini telah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah, lembaga penelitian, lembaga keuangan, dan lembaga pendamping. Program ini telah menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas sapi dan sawit, penghematan biaya produksi, pengurangan emisi gas rumah kaca, serta peningkatan kualitas lingkungan.
3. Program SISKA berbasis kemitraan antara PT Musim Mas dengan UMKM dan koperasi peternak sapi di Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Program ini telah berjalan sejak tahun 2018 dan telah melibatkan 300 peternak sapi yang mengelola 600 ekor sapi di lahan seluas 1.200 hektar milik perusahaan. Program ini telah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah, lembaga penelitian, lembaga keuangan, dan lembaga pendamping. Program ini telah menunjukkan dampak positif terhadap peningkatan produktivitas sapi dan sawit, penghematan biaya produksi, pengurangan emisi gas rumah kaca, serta peningkatan kualitas lingkungan .
Cara mengevaluasi kinerja dari SISKA berbasis kemitraan dapat bervariasi tergantung pada tujuan, sasaran, indikator, dan metode yang digunakan. Namun secara umum, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kinerja dari SISKA berbasis kemitraan, yaitu:
1. Menetapkan tujuan dan sasaran dari evaluasi kinerja, seperti untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil, dampak, dan manfaat dari SISKA berbasis kemitraan bagi para pihak yang terlibat.
2. Menentukan indikator dan standar kinerja yang akan digunakan untuk mengukur pencapaian tujuan dan sasaran dari evaluasi kinerja, seperti jumlah sapi dan sawit yang diproduksi, pendapatan petani dan peternak, kualitas lingkungan, dan lain-lain.
3. Memilih metode dan teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang relevan dengan indikator dan standar kinerja yang telah ditetapkan, seperti survei, wawancara, observasi, dokumentasi, dan lain-lain.
4. Menganalisis data dan informasi yang telah dikumpulkan dengan menggunakan teknik analisis yang sesuai dengan jenis data dan informasi yang ada, seperti analisis deskriptif, analisis komparatif, analisis statistik, dan lain-lain.
5. Menyajikan hasil analisis data dan informasi dalam bentuk laporan evaluasi kinerja yang sistematis, jelas, dan objektif, serta memberikan rekomendasi atau saran untuk perbaikan atau pengembangan SISKA berbasis kemitraan di masa depan.
Strategi mengembangkan SISKA berbasis kemitraan yang sesuai dengan prinsip perkebunan sawit berkelanjutan dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain:
1. Melakukan analisis kelayakan dan dampak lingkungan dari penerapan SISKA berbasis kemitraan di lahan perkebunan sawit, termasuk mengidentifikasi potensi dan tantangan yang ada, serta menetapkan standar dan indikator kinerja yang sesuai dengan prinsip perkebunan sawit berkelanjutan.
2. Melakukan sosialisasi dan advokasi kepada para pihak yang terkait dengan SISKA berbasis kemitraan, terutama kepada perusahaan perkebunan sawit dan peternak sapi, tentang manfaat dan keuntungan dari sistem ini, serta tantangan dan risiko yang mungkin timbul, serta cara-cara untuk mengatasinya.
3. Membangun komitmen dan kepercayaan antara para pihak yang terkait dengan SISKA berbasis kemitraan, melalui penyusunan perjanjian kerjasama yang mengatur tentang hak dan kewajiban masing-masing pihak, mekanisme pembagian hasil, serta penyelesaian masalah yang mungkin timbul.
4. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi dari para pihak yang terkait dengan SISKA berbasis kemitraan, terutama dari peternak sapi, dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan untuk mengelola sapi di lahan perkebunan sawit secara optimal, serta mematuhi prinsip perkebunan sawit berkelanjutan.
5. Mendorong inovasi dan kreativitas dari para pihak yang terkait dengan SISKA berbasis kemitraan, terutama dalam hal pengembangan produk sapi dan sawit yang memiliki nilai tambah dan daya saing tinggi di pasar, serta ramah lingkungan.
6. Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala terhadap pelaksanaan SISKA berbasis kemitraan di lahan perkebunan sawit, dengan menggunakan indikator-indikator yang sesuai dengan prinsip perkebunan sawit berkelanjutan, serta memberikan umpan balik dan rekomendasi untuk perbaikan atau pengembangan sistem ini.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa SISKA berbasis kemitraan adalah solusi inovatif yang dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang terlibat dengan sapi dan sawit. Sistem ini juga dapat menjadi contoh bagi sistem integrasi lainnya yang dapat menggabungkan berbagai komoditas pertanian dan peternakan dalam satu sistem produksi yang saling menguntungkan. Dengan demikian, SISKA berbasis kemitraan dapat menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan produktivitas sapi dan sawit di Indonesia.
Dirangkum dari berbagai sumber. File PDF tersedia di www.siskaforum.org
Penulis : Wahyu Darsono/Sekjend GAPENSISKA.