Lumpy Skin Disease (LSD) adalah penyakit menular pada sapi yang disebabkan oleh virus LSD (kelompok poxvirus). LSD tidak bersifat zoonosis (menular ke manusia), namun dapat menimbulkan dampak ekonomi signifikan bagi peternak.
Gejala LSD:
• Demam tinggi: mencapai 41°C, berlangsung selama 2-14 hari.
• Penurunan produksi susu: hingga 50%, bahkan dapat menyebabkan agalactia (tidak ada produksi susu).
• Depresi, nafsu makan menurun, dan tubuh kurus
• Hidung berair, mata merah, dan air liur berlebihan ( infeksi saluran pernapasan)
• Pembengkakan kelenjar getah bening: terutama di daerah superfisial, mudah diraba.
• Benjolan-benjolan pada kulit: diameter 2-5 cm, muncul di berbagai bagian tubuh, terutama kepala, leher, kaki, ambing, alat kelamin, dan perineum. Benjolan ini dapat berkembang menjadi:
* Nekrosis: jaringan mati dan berwarna hitam.
* Fibrosis: jaringan parut yang keras dan permanen.
* Miasis: diserang belatung, menyebabkan luka dan infeksi sekunder.
• Luka pada mulut, saluran pencernaan, trakea, dan paru-paru.
• Pembengkakan kaki dan bagian bawah badan: dewlap, brisket, skrotum, dan vulva.
• Kemandulan pada sapi jantan: dapat bersifat temporer atau permanen.
• Keguguran (abortus) pada sapi bunting dan anestrus (tidak berahi) selama beberapa bulan.
• Masa pemulihan lambat: karena emasiasi (penurunan berat badan), pneumonia sekunder, mastitis, dan nekrotik skin plug (jaringan kulit mati yang meninggalkan lubang).
Diagnosa LSD:
• Pemeriksaan klinis: dokter hewan akan mengamati gejala dan tanda-tanda klinis pada sapi.
• Pemeriksaan laboratorium: sampel darah, kulit, atau jaringan dari benjolan diuji untuk memastikan diagnosis LSD.