Masa depan swasembada daging sapi berpeluang untuk diwujudkan melalui eksistensi perkebunan kelapa sawit. Seperti sudah umum diketahui bahwa 60 – 70 % biaya operasional ternak sapi ada di biaya pakan. Di lahan kebun Kelapa Sawit tersedia sumber pakan yang murah dan bahkan gratis, yang berdampak pada efisiensi biaya beternak sapi sehingga dapat memberikan harga pokok produksi (HPP) yang rendah. Ketersediaan lahan penggembalaan yang luas di bawah naungan sawit serta tersedianya pelepah sawit sebagai sumber pakan, bungkil sawit dan solid menunjukkan adanya potensi usaha peternakan sapi potong. Di samping itu, keberadaan infrastruktur jalan, listrik dan perumahan dan sarana lainnya turut mendukung dilakukannya kegiatan integrasi budidaya sapi dan perkebunan kelapa sawit.
Hasil penelitian tentang Dampak Integrasi Sapi-Kelapa Sawit secara keseluruhan berdampak positif, antara lain dampak peningkatan produksi, penghematan biaya pengendalian gulma, peningkatan kesuburan tanah (PH naik, Populasi mikroba bermanfaat bagi tanaman naik) dan menekan perkembangan ganoderma serta soil compaction di lahan grazing masih dalam batas toleransi tanaman.
MANAJEMEN KEBUN SAWIT
Integrasi Sapi-Sawit akan berjalan dengan baik jika manajemen perkebunan kelapa sawit memahami apa yang diinginkan sapi agar hidup nyaman di dalam perkebunan kelapa sawit, sehingga ternak sapi disediakan sumber pakan yang cukup di dalam kebun. Manajemen kebun harus memberikan kesempatan adanya pertumbuhan rumput di bawah naungan sawit semaksimal mungkin. Dengan demikian, SOP perkebunan kelapa sawit perlu direvisi untuk menunjang keberhasilan Integrasi. Beberapa poin untuk perbaikan tersebut, antara lain:
- SOP Pengendalian Gulma. Gulma yang disemprot hanya di pasar rintis/jalan panen selebar 1 meter, di area keliling pohon sawit jari-jari 1,5 meter (diameter 3 meter) dan di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil Buah sawit). Gulma yang hidup di luar lokasi tersebut dan menjadi sumber hijauan pakan tidak perlu dibasmi. Seluruh gulma yang tidak disukai sapi wajib dikendalikan;
- Pekerjaan susun pelepah sawit harus dilakukan seminimal mungkin menutupi ruang tumbuh rumput. Pekerjaan potong pelepah sawit harus disinkronkan dengan jadwal grazing khususnya pada saat musim kemarau, dengan tujuan pelepah yang diptong sekaligus sebagai sumber pakan saat sapi digembalakan;
- Aplikasi limbah janjang kosong di lahan grazing harus dihindari kecuali jika kondisi terpaksa aplikasi limbah janjang kosong disusun di atas tumpukan pelepah agar tidak mengurangi ruang tumbuh rumput;
- Aplikasi Agrochemical harus disinkronkan dengan kegiatan grazing agar sapi tidak mengalami keracunan;
- Kegiatan panen sawit bisa dilakukan bersamaan dengan kegiatan grazing;
- Manfaatkan setiap ruang kosong di lahan kebun untuk menanam hijauan pakan sapi;
- Jika tersedia pabrik pengolahan sawit sebaiknya menggunakan decanter agar menghasilkan solid sebagai sumber pakan sapi dan tersedia unit pengolahan kernel agar limbah bungkilnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber pakan sapi.
MANAJEMEN TERNAK
Pengelolaan ternak wajib dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi di bidang peternakan (Alumni Peternakan/Kedokteran Hewan), agar tercapai Key Performance Index (KPI) ternak antara lain Conception Rate, Calving rate, Weaning Rate, Mortalitas, Body Conditon Score (BCS) dan Average Daily Gain (ADG) serta kesehatan ternak. Penanggung jawab ternak wajib membuat jadwal kegiatan grazing setiap bulan dan dikoordinasikan dengan Penaggung jawab kebun agar terjadi sinkronisasi antara kegiatan ternak dan kegiatan agronomi.Koordinasi antara penanggung jawab kebun dan penanggung jawab ternak menjadi poin penting yang harus diperhatikan dan dilakukan setiap hari. Kebun sebagai tuan rumah dan sapi sebagai tamu adalah filosofi yang harus dipegang oleh setiap pelaku integrasi sapi-sawit. Tuan rumah yang baik adalah yang dapat melayani tamunya dengan baik, sedangkan tamu yang baik adalah tamu yang tidak mengganggu kenyamanan tuan rumah.