Download Artikel: https://drive.google.com/file/d/1tAQtm6vhmMdw-75tRA9x_Ol2WbGsyDa2/view?usp=share_link
Penulis: Sri Mulatsih, M.Sc
CPO (crude palm oil) merupakan komoditas ekspor unggulan nasional. Menurut BPS (2023) selama periode 2012-2021 volume ekspor berkisar antara 19,675.1 ribu ton (2012) hingga 29,302.4 (2018). Volume ekspor 2021 sebesar 26,990 ribu ton (USD 28,606 juta). Tiga negara EU (Uni Eropa) yaitu Belanda, Spanyol dan Italia, termasuk 10 negara tujuan utama ekspor CPO. Pangsa nilai ekspor ketiga negara tersebut mencapai 14.53% pada 2013 dari total ekspor CPO dunia, namun terus menurun hingga 7.81% pada 2021.
Penurunan pangsa nilai ekspor ke negara EU tersebut tidak terlepas dari kampanye negatif (black campaign) EU terhadap minyak sawit. Pada April 2017, anggota parlemen EU menyerukan pemeriksaan biofuel minyak sawit (dan minyak nabati lainnya), yang diduga tidak memenuhi kaidah PPMs (process and production methods), yaitu ramah lingkungan seperti yang disyaratkan oleh WTO (2023). Pada Maret 2019, EU menyimpulkan bahwa budidaya sawit telah memicu deforestasi berlebihan, sehingga CPO yang dihasilkan dianggap berbahaya. EU sepakat mulai 2023 mengurangi penggunaan CPO, dan secara bertahap penggunaannya akan dihentikan pada tahun 2030 (Reuter, 2023).
Diskriminasi EU tersebut tentu mengkhawatirkan pelaku industri sawit, terutama pekebun sawit yang luasnya mencapai 15,380,981 ha (Dirjenbun, 2022). Penghentian menggunaan CPO oleh EU akan mengkontraksi permintaan dunia, sehingga harga akan turun termasuk harga TBS (tandan buah segar) di level petani. Seperti ditunjukkan pada gambar 1, dimana pada pertengahan Maret 2022 harga CPO dunia mencapai 16,539.38, harga TBS (kasus di Sumatra Selatan) Rp 3,834.89/kg. Ketika harga CPO turun ke Rp 7,151.58 (pertengahan Juli 2022), harga TBS juga anjlok ke Rp 1,611/kg.
Gambar 1. Fluktuasi harga CPO dan TBS di awal dan pertengahan bulan selama 2022
Sumber: http://disbun.sumselprov.go.id/tahun-2022-perkembangan-harga-tbs-harga-cpo-harga-kernel-dan-indek-k/
Apabila harga TBS tidak bisa menutupi biaya panen, maka akan banyak tanaman sawit yang dibiarkan terbengkalai. Petani termiskinkan, dan lahan hutan yang terlanjur dikonversi tidak dapat dikembalikan fungsinya ke kondisi awal. Oleh karena itu diperlukan aksi nyata untuk membuktikan kepada dunia (terutama EU) bahwa konversi hutan menjadi perkebunan sawit tidak bertentangan, namun justru mendukung pencapaian SGD’s (Sustainable Development Goal’s), salah satunya mengintegrasikan sapi kedalam perkebunan kelapa sawit (SISKA, Sistem Integrasi Sapi dengan Kelapa Sawit).
Dari 17 SDG’s, SISKA berkontribusi di semua goal, kecuali pada goal (4) (Pendidikan Berkualitas), goal (11) Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan, serta goal (14) Ekosistem Lautan (Tabel 1)
Tabel 1 Dukungan SISKA pada SDG’s
Pilar1) | SDG’s ke1) | Dukungan SISKA |
Sosial | (1) Tanpa Kemiskinan | Mengurangi kemiskinan |
(2) Tanpa Kelaparan | Menyediakan pangan hewani | |
(3) Kehidupan Sehat dan Sejahtera | Menyediakan pangan berkualitas protein hewani, menambah income | |
(4) Pendidikan Berkualitas | ||
(5) Kesetaraan Gender | Membuka lapangan kerja wanita | |
Ekonomi | (7)Energi Bersih dan Terjangkau | Menghasilkan biofuel murah (CPO) |
(8)Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi | Upah pekerja diatas UMR, kontribusi ternak dan sawit terhadap PDRB | |
(9)Industri, Inovasi dan Infrastruktur | Industri pengolahan sawit dan pakan ternak, inovasi dan infrastruktur peternakan skala menengah | |
(10)Berkurangnya Kesenjangan | Pendapatan petani plasma meningkat | |
(17)Kemitraan untuk Mencapai Tujuan | Kerjasama inti plasma (sawit dan peternakan sapi) | |
Lingkungan | (6)Air Bersih dan Sanitasi Layak | Tanaman sawit dan hijauan pakan ternak sebagai sebagai filter air bersih |
(11)Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan | ||
(12)Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab | Simbiosis mutualisme pada siklus produksi sapi-sawit (pupuk dari ternak, pakan dari limbah sawit) | |
(13)Penanganan Perubahan Iklim | Tanaman sawit sebagai assimilator CO2 menjadi O2 | |
(14)Ekosistem Lautan | ||
(15)Ekosistem Daratan | Pupuk organik media tumbuh bagi biodiversity | |
Hukum & tata kelola | (16)Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh | Kelembagaan inti plasma yang adil dan berkelanjutan |
SISKA akan meningkatkan produktivitas sawit. Pemberian urine sapi pada tanaman sawit meningkatkan produksi TBS 28,29% (Salvina 2019). Pada lahan penggembalaan sapi, produksi TBS meningkat 4-5% (IACCB, 2022). Sistem SISKA juga menghemat biaya pengendalian gulma dan menyediakan pupuk organic (IACCB 2020, SSMS 2020), dengan nilai sekitar Rp250.000 per ha per tahun (IACCB 2019).
IACCB (2020) melaporkan bahwa lahan sawit seluas 1.600 ha dapat mendukung 300 ekor sapi betina produktif dan 20 ekor pejantan. Dengan sistem penggembalaan, diperoleh tingkat penyapihan umur 4 bulan sebesar 65%, dengan berat badan 100 kg. Pemeliharaan selama 16 bulan setelah sapih, diperoleh berat badan 320 kg (ADG 0,45 kg), dengan biaya produksi Rp33.600/kg hidup (IACCB 2020). Dengan data periode yang sama dimana harga sapi impor USD 1,15/lbs (Trading Economic 2020) dan nilai tukar Rp15.700/USD (BPS, 2020), produksi sapi SISKA lebih hemat 15.6% dibandingkan impor. Penghematan ini bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pangan berupa daging yang dihasilkan dari dukungan 1.600 ha sawit sebesar 37.440 kg per tahun (konversi hidup ke karkas 60%), dan devisa yang dihemat USD 15,82 juta. Menyerap tenaga kerja 3 stockman dan 1 supervisor, serta 1 wanita untuk tenaga administrasi.
Dari sisi lingkungan, perkebunan sawit di daerah tropis lebih efisien dalam penggunaan lahan untuk memproduksi biofuel, dibandingkan memproduksi biofuel nabati lain (kedelai, bunga matahari, dan kanola) di negara sub tropis. Kesuburan lahan dapat dipertahankan dalam jangka panjang dengan adanya bahan organic feces dan urine sapi (Husnain dan Nursyamsi, 2015), yang mengandung mikroorganisme beragam (BPPT, 2020). Keragaman mikroorganisme rizosfir berperan dalam interaksi trofik dalam rizosfir yang mempengaruhi biodiversitas tanaman diatas permukaan tanah (Zhou et al., 2014).
Keuntungan lain SISKA adalah backward dan forward linkage yang ditimbulkan. Menurut Rafiqah (2018), investasi sektor peternakan di Jawa Tengah memiliki multiplier output 1,803 yang berarti investasi Rp 1000 sapi SISKA akan menghasilkan output sektor lainnya Rp 1803. Uraian diatas menunjukkan bahwa melalui SISKA, perkebunan sawit tidaklagi merusak lingkungan, tetapi justru menjadi mendukung mencapaikan SDG’s seperti ditunjukkan pada tabel 1.
Pustaka
BPS 2023 Ekspor Minyak Kelapa Sawit Menurut Negara Tujuan Utama, 2012-2021. https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/1026/ekspor-minyak-kelapa-sawit-menurut-negara-tujuan-utama–2000-2015.html [diunduh 28 maret 2023]
Dirjenbun 2022. Statistik Perkebunan Unggulan nasional 2020-2022. Dirjen Perkebunan Kemetan RI.
Husnain, Nursyamsi D. 2015. Peranan bahan organik dalam system integrasi sapisawit. J Sumberdaya Lahan 9 (1): 27-36.
IACCB [Indonesia Australia Read Meat & Cattle Partnership] 2022. Integrasi sapi di perkebunan kelapa sawit: Apakah layak secara komersial?.https://www.scribd.com/document/554338530/SISKA-Integrasi-Sapi-Di-Perkebunan-Sawit# [diunduh 28 maret 2023]
IACCB. 2019. Buletin IACCB edisi 5.
IUCN. Satuan Tugas Kelapa Sawit IUCN Gland, Swiss: IUCN. xiv + 126pp
Rafiqah IW. ANALISIS MULTIPLIER SEKTOR PERTANIAN PADA PEREKONOMIAN PROVINSI JAWA TENGAH, INDONESIA. Program Studi Agribisnis, Universitas Borobudur.
Reuter 2023. https://www.reuters.com/markets/commodities/growing-tensions-between-asian-palm-oil-producers-european-union-2023-01-13/ [diunduh 28 maret 2023]
Salvina F. 2019. Pengaruh integrasi ternak sapi dengan kelapa sawit terhadap produktivitas sapi dan kelapa sawit. Jurnal Peternakan Nusantara, 5(1): 43-50.
SSMS [Sawit Sumbermas Sarana] 2020. Integrasi Sapi sawit. https://www.ssms.co.id/en/media/detail/integrasi-sawit-sapi- [diunduh 29 maret 2023]
TAB BPPT. [Pusat Teknologi Produksi Pertanian]. 2020. Analisis dampak integrasi sawit sapi terhadap kesuburan lahan dan produktivitas tanaman kelapa sawit. laporan kegiatan. Tim Kegiatan Analisis Dampak Integrasi Sapi-Sawit.
Trading Economic. 2020 https://tradingeconomics.com/commodity/live-cattle [diunduh 4 maret 2023]
WTO, 2023. WTO rules and environmental policies: key GATT disciplines. https://www.wto.org/english/tratop_e/envir_e/envt_rules_gatt_e.htm [diunduh 27 maret 2023]
Zhou W, T LvTV, Chen Y, Westby AP, Ren WJ. 2014. Soil Physicochemical and Biological Properties of Paddy-Upland Rotation: A Review. Hindawi Publishing Corporation e Scientific World Journal Volume 2014, Article ID 856352, 8 pages http://dx.doi.org/10.1155/2014/856352 [diunduh 30 maret 2023]